, Opini – ‘Tubuh adalah obyek untuk menjual pelbagai hal, tubuh harus “direka-ulang” oleh “pemilliknya” dan dilihat secara narsistik ketimbang secara fungsional’ – Jean Baudrillard
“Who needs identity then?” Identity is needed to mobilise different!” – Gayatri Chakravorty Spivak
“Aku berlari, maka aku ada” – Funco Tanipu
Saat ini, lari atau berlari, tidak bisa lagi dikategorikan sebagai aktifitas biologis semata, tetapi sudah mengarah kepada pemenuhan lifestyle, mode baru dan untuk aktifitas sosio-antropologis manusia.
Aku Berlari, Maka Aku Ada
Dulu, lari/berlari bertujuan untuk menjaga kesehatan tubuh secara biologis, sekarang mulai bergeser untuk mempertegas identitas diri sebagai “the others” atau yang lain dibanding manusia yang lain. Performance dan style “yang beda” dari yang lain adalah penegasan tentang kemampuan diri, pencapaian hingga termasuk “show force” dari kesuksesan. Sebagai penegasan yang beda dari yang lain, outfit pun menjadi salah satu pembeda. Upload pengukur jarak dan kemampuan diri melalui aplikasi Strava, merek sepatu, logo terkemuka, kacamata, dan semua yang dibagikan melalui foto dan video adalah mode terbaru dalam mempertegas identitas diri yang lebih baru. Efek dari itu adalah sehat.